Ngeteh...... sudah menjadi kebiasaanku setiap pagi. Tak luput pagi ini pun saya mencoba ke kantin depan PKU.
"Teh panas mas..." Sambil menunggu penjual sibuk melayani pembeli yang lebih dulu pesan, akupun menyantap mendoan anget yang menumpuk diatas piring......
Tak lama kemudian pelayan menyajikan teh anget pesanannku. Srupaaaat... Srupuuuut..... Diselingi satu tahu susur yang sudah dingin... Sripaaat..... Sripiiiit....... Sambil menikmati halaman PKU beserta taman - taman yang masih terlihat basah diguyur hujan semalaman.
"Pinten mas? Teh tambah gorengan kalih?"
"Sekawan ewu pak."
Sejenak setelah aku bayar aku duduk kembali tidak beranjak pergi. Sesaat kemudian datang seorang piyayi sepuh berumur 82 tahun, penampilannya sangat sederhana penuh dengan raut muka keceriaan langsung menuju rak yang berjajar sayur beserta lauk. Penglihatanya kesana sini mencermati seluruh masakan yang berjajar di atas meja. Rasanya gak ada satupun yang dipilih, akhirnya pilih pesan nasi goreng. Nampaknya bapak sepuh ini sudah akrab dengan mas mas penjual di kantin ini, bahkan saya dikenalkan sama bapak sepuh tentang si penjual yang sudah melanglang buana selama 15 tahun di perusahaan kapal, penghasilannya sudah lumayan tapi sekarang dia pilih kerja buka kantin di PKU kata piyayi sepuh ini. Saya tahu piyayi sepuh ini adalah orang yg cukup terkenal di dunia perpolitikan di Indonesia, seorang petinggi negara pun hormat padanya, bahkan Presiden Jokowipun menjadikannya dia sebagai penasehat, pendapatnya sangat dibutuhkan, walau kadang terlihat kontroversial dengan banyak orang. Walau demikian penampilannya sangat bersahaja tidak menunjukkan sosok orang penting. Piyayi sepuh ini dengan senyum dan penuh perhatian menanyaiku, "Ini nunggu siapa?"
"Anak saya Buya..."
"Kenapa?"
"Kena demam."
"Kerja dimana?"
"Di BMT Buya."
"Bagus... Bagus... Asset sudah berapa?" Sambil senyum semangat.
"19.4 M Buya." (perasaanku angka itu masih sangat kecil dibandingkan dengan temen -BMT lain) "dulu saya mengumpulkan Bapak Ibu dari Muhammadiyah dan Aisyiyah Cabang sebanyak 30 orang untuk berembug mendirikan BMT, saat itu sebagian besar setuju. Kemudian disepakati setiap anggota bayar Rp 100.000,- dan diangsur sebanyak 4 (empat) kali." Sambil tersenyum manggut - manggut dan sesekali menyantap nasi goreng yang sudah didepannya Buya selalu memperhatikan ceritaku. "Dari pertemuan itu terkumpul dana sebagai modal pertama sebesar Rp 150.000,- trus kita lakukan persiapan karena tidak punya modal akhirnya meja, kursi, juga mesin ketik manual menggunakan milik TPA. Sewa tempat terpaksa uang sewa kita minta pada pemilik kios untuk ditabung dulu sebesar Rp. 150.000,-. Gaji karyawan Rp.12.000,- kalau ke pasar kurang lebih 7 kilometer dengan sepeda onthel. Pokoknya niat kita cuma ingin da'wah bila melalui ekonomi menghilangkan rentenir."
"Bagus itu," komentar Buya.
"Nasabah ada berapa?"
"Lima ribu Buya.."
"Wah sudah banyak. Coba tulis dimasukkan ke majalah Suara Muhammadiyah supaya menjadi contoh yang lain. Karyawan berapa?"
"Duapuluh tiga Buya."
"Sudah punya kantor cabang?"
"Ada 4 kantor di Kulonprogo."
Dari cerita itu Buya sangat respon dengan perjuangan BMT ARAFAH. Dari perbincangan ini saya menyempatkan menanyakan tentang perkembangan PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang berlokasi di Gamping Sleman ini karena beliau sangat berperan di PKU, akhirnya Buya menjelaskan sedikit bahwa dulu awalnya kamar - kamar yang tersedia belum penuh sekarang sudah mulai penuh. Sempat saya tanyakan pula Muhammadiyah itu sudah banyak memiliki Rumah Sakit tapi kenapa tidak ada satu Rumah Sakit yang bertaraf Internasional? Misal PKU Yogyakarta yang bisa menjadi rujukan Rumah Sakit lain sehingga kita tidak perlu lagi berobat ke luar negri. Jawab Buya, "Ya... memang untuk ke sana harus punya orang yang berkualitas dan itu tugasnya PP Muhammadiyah."
"Sekarang bagaimana dengan Rencana pembangunan gedung Mualimin Buya?"
"Pembangunan Mualimin di pedes Sedayu yang luas tanahnya tujuh hektar akan kita mulai bangun setelah panen padi pada musim ini, karena saat ini kita mempersilahkan tanah sawah tersebut digarap para petani."
Kemudian sempat juga Buya mengomentari tentang MBS prambanan yang cukup bagus perkembangannya, bahkan muridnya sudah sampai luar negri. Seperti halnya juga Buya bercerita tentang Universitas Muhammadiyah Sorong Papua yang saat ini mayoritas mahasiswanya Kristen, komentarnya orang sana suka dengan Universitas Muhammadiyah-nya tapi tidak suka dengan islam, tapi itu biarlah. Kata Buya sambil tersenyum Buya bercerita. Sesaat Buya menyampaikan kondisi istri Buya yg sedang dirawat di PKU operasi tulang tempurung yang menurut orang lain harus dioperasi di Singapura. Tapi dengan penuh keyakinan dan kecintaannya pada Rumah Sakit kita Buya mantap dirawat di PKU saja. Diakhir perjumpaanku, Buya menanyakan kembali tentang BMT, "Jam berapa buka?"
"Jam 08.00 s/d jam 15.00."
"Kerja di BMT setiap hari?"
"Iya Buya" jawabku. Sambil aku berdiri minta pamit meninggalkan Buya Syafii Maarif
Pesan beliau "Kamu harus jaga BMT."
"InsyaAllah Buya. Terima kasih."
Assalamualaikum
Semoga Allah memberi kesembuhan kepada Putra Bapak Arifin dan juga Istri dari Buya Syafii Maarif.
Sumber: Status WA Bapak Arifin